MEMBENTUK ANAK MENGHAFAL AL-QUR'AN KARENA ALLAH, BUKAN YANG LAIN.


Oleh diasuh oleh ustadz Mujiburrahman, SE, M.E.I.
(Mudir Aam Rumah tahfidz athfaaluna Indonesia).

      Era sekarang adalah era kapitalis, banyak membentuk karakter manusia bersifat materialistik, ini berbahaya ? sebab seluruh amal manusiq seluruhnya  diarahkan meraih materi sehingga muncul kedzaliman, pemaksaan, teror agar mendapatkan materi . Sifat menolong sesama manusia hilang, sifat suka memberi hilang, sifat sabar dalam menghadapi kesulitan hilang. 
     Bagaimana agar kita tidak terbawa arus pemahaman materialistik  dalam Era kapitalis sekarang ini, dan bagaimana mendidik anak agar memiliki sifat ikhlash (memurnikan ketaatan hanya kepada Allah SWT saja)
     Ada seorang walisantri datang kepada saya menceritakan kesulitan mendidik anak hafal Al-Qur'an sekalipun diberi hadiah. Saya bertanya apa yang ibu lakukan , beliau menjawab saya memberi hadiah terlebih dahulu kemudian menghafal, ternyata ini menjadikan anak mengatur orang tua, hadiah dulu baru menghafal. ketika menghafal apa yang ibu katakan, jawabnya tidak ada.
      Memberi hadiah dianjurkan , dan hukumnya Sunnah , anak melaksanakan tugas menghafal kemudian anak diberi hadiah, apalagi ketika anak masih kecil. namun kita harus tetap menjelaskan qimah ( nilai) yang harus diraih dalam beramal agar amalan kita di terima Allah SWT. misalnya ketika kita memberi anak hadiah setelah menghafal , namun qimah kita jelaskan bahwa menghafal karena Allah SWT, bukan materi, ada hadiah atau tidak ada hadiah, kita terus menghafal. sholat bukan meraih materi, menolong orang bukan untuk meraih materi. zakat bukan meraih materi. Dakwah bukan untuk meraih materi,  Adapun jual beli, atau jasa yang sesuai syariat Islam boleh untuk meraih materi. Dengan menjelaskan qimah ini, Insya Allah ,  anak kita akan terbentuk menjadi orang yang ikhlash tanpa mengaku ngaku bahwa saya ikhlash. sebab ikhlash adalah amal qolbu (hati). kita juga menyampaikan isi ayat Al-Qur'an dan juga  hadist agar kita dan keluarga kita menjadi orang yang benar benar ikhlash .  Renungkan berulangkali dan terus mengevaluasi seluruh amal kita. untuk siapa kita beramal ???
1. Surat Az Zumar (39): 2

(إِنَّاۤ أَنزَلۡنَاۤ إِلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ فَٱعۡبُدِ ٱللَّهَ مُخۡلِصًا لَّهُ ٱلدِّینَ)
[سورة الزمر 2]
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan membawa kebenaran, maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya

2. Surat Az Zumar (39): 11
(قُلۡ إِنِّیۤ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱللَّهَ مُخۡلِصًا لَّهُ ٱلدِّینَ)
[سورة الزمر 11]
Katakanlah , " sesungguhnya aku di perintah supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama.  

3. Hadist Riwayat Muslim
ولمسلم عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعا «إن أول الناس يقضى عليه يوم القيامة ثلاثة – رجل استشهد في سبيل الله فأتي به فعرفه نعمته فعرفها قال: فما عملت فيها؟ قال قاتلت في سبيلك حتى قتلت، قال: كذبت، ولكنك قاتلت ليقال هو جريء فقيد قيل، ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار.

ورجل تعلم العلم وعلمه وقرأ القرآن فأتي به فعرفه نعمه فعرفها قال فما عملت فيها؟ قال: تعلمت العلم وعلمته وقرأت فيك القرآن، قال: كذبت ولكنك تعلمت ليقال هو عالم وقرأت ليقال هو قارئ فقد قيل ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار. ورجل وسع الله عليه فأعطاه من أصناف المال فأتي به فعرفه نعمه فعرفها قال فما عملت فيها؟ قال: ما تركت من سبيل تحب أنه ينفق فيه إلا أنفقت فيه لك»

قال الله كذبت ولكنك فعلت ليقال هو جواد فقد قيل ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار –

وللترمذي  فيه أن معاوية – رضي الله عنه – لما سمعه بكى وتلا قوله {مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا} الآية [هود: 15] .

“dalam riwayat Muslim dari Abi Huroiroh radhiyyallahu anhu secara marfu’ bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : ““Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”

4 Hadist Riwayat Muslim
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Aku paling tidak butuh sekutu dalam kesyirikan. Siapa yang melakukan amalan, dan dia menyekutukan Aku dengan selain-Ku dalam amalan tersebut, Aku tinggalkan amal itu dan sekutunya. (HR. Muslim 7666)

Dengan merenung ayat dan hadist ini, kita memohon kepada Allah agar menjadi orang orang yang benar benar ikhlash, amalan sesuai dengan syariat-Nya, dan selalu. Istiqomah dalam beramal Sholeh.
Share on Google Plus

About athffaluna

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar