MELATIH DIRI UNTUK SELALU TERGANTUNG KEPADA ALLAH, NAMUN DISERTAI IKHTIYAR YANG PALING MAKSIMAL



 Parenting ke 13.
diasuh oleh ustadz Mujiburrahman, SE, M.E.I.
(Mudir Aam Rumah tahfidz athfaaluna Indonesia).

          Sebelum memutuskan pulang ke Surabaya, saya meminta teman teman di Aceh mengantarkan saya kembali ke kota sepanjang pantai, agar saya bisa mengambil pelajaran pasca musibah tsunami yang terjadi di Aceh. Kota yang hancur, dalam sekejap saja Allah telah mengambil semuanya, dengan adanya kejadian ini,  hati dan pikiran hanya berharap kepada Allah semata dan tergantung kepada Allah saja, walaupun ikhtiyar kita berikan, yang paling maksimal.
          Musibah di Aceh meninggalkan bekas yang luar biasa, sejak menjadi sukarelawan disana selama dua bulan saja,  saya sering menemui tangisan anak anak dan orang tua..
         Ketika saya mengisi kajian islam di beberapa sekolah dan beberapa tenda dengan tema menguatkan  aqidah dan bercerita tentang kisah para sahabat, saya dan teman teman berharap agar   stress mereka hilang kemudian mereka semakin berani dan kuat dalam menghadapi ujiian hidup tersebut.
         Mengapa mereka selalu menangis ? , sebab keluarga mereka sudah tiada semuanya.  ada seorang kakek berjalan di masjid , beliau menangis dan menceritakan seluruh anak anak dan cucu cucunya seluruhnya dipanggil Allah SWT.
         Pengalaman hidup tersebut menjadikannya kita dilatih berharap dan tergantung kepada Allah,  bukan kepada makhluknya, ikhtiyar atau amal kita maksimalkan hingga kita benar benar lelah
          Begitu juga kita sebagai orang tua mengajarkan anak anak kita dalam menghafal Al-Qur'an,  hati dan pikiran kita  hanya berharap kepada Allah semata , namun ikhtiyar yang  kita berikan adalah yang paling maksimal .
           Bukankah dulu kita orang tua mengharapkan punya anak, namun kenapa setelah punya anak kita kurang perhatian ? Bukankah anak yang Allah berikan adalah titipin sementara, maka ajarilah anak , janganlah suka menunda.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan,

ﺍﻛﺜﺮ ﺍﻷﻭﻻﺩ ﺇﻧﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﻓﺴﺎﺩﻫﻢ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻵﺑﺎﺀ, ﻭﺇﻫﻤﺎﻟﻬﻢ, ﻭ ﺗﺮﻙ ﺗﻌﻠﻴﻤﻬﻢ ﻓﺮﺍﺋﺾ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺳﻨﻨﻪ, ﻓﻀﺎﻋﻮﻫﻢ ﺻﻐﺎﺭﺍ

“Kebanyakan kerusakan anak disebabkan karena orangtua mereka, mereka menelantarkannya dan tidak mengajarkan anak ilmu dasar-dasar wajib agama dan sunnah-sunnahnya. Mereka menyia-nyiakan anak-anak di masa kecil mereka.” (Tuhfatul Maulud hal. 387)

          Semoga Allah SWT, mengampuni kita yang selalu lalai dalam mendidik anak anak kita, yaa Allah ampuni kami, Ajarkanlah anak anak kami, Al-Qur'an, mudahkan mereka memahami dan mengamalkannya. Aamiin.
Share on Google Plus

About athffaluna

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar