Jangan Lupa, Nasihatilah Anak Kita


Seorang muslim yang baik menginginkan anaknya menjadi baik kalau bisa anaknya lebih baik darinya. Orang tua adalah  teladan yang paling baik dalam mengikuti Rasulullah saw , sebab mereka adalah orang yang sangat dekat dengan anak-anaknya.
Nasihatilah Anak Kita

Semenjak  mengandung, melahirkan, memberi nama, menemani dalam tidur, memberi makan, bahkan ketika masih anak-anak, orang tua lah yang senantiasa menemaninya, baik dalam keadaan senang, kesepian, ketakutan dan kegelisahan.

Hubungan mereka dengan anak dibangun dengan baik, nasehat yang baik diberikan orang tua merupakan bukti kasih-sayang terhadap mereka, nasehat tersebut tentu bukanlah sembarang nasehat, yaitu nasehat  yang senantiasa menjadikan anak  cinta kepada Allah dan Rasulnya.

Mengapa dikatakan bukan sembarang nasehat, sebab nasehat dalam islam  bukan hanya menyelamatkan anak di dunia saja tetapi juga menyelamatkannya di dunia dan akhirat. Namun sebaliknya jika kita memberikan nasehat yang jauh dari nilai-nilai Islam justru bisa berakibatkan  amal kita menjadi sia-sia, bahkan  membawa kesengsaraan di dunia dan akhirat bagi anak tersebut. Jadi nasehat yang di berikan kepada anak adalah nasehat pilihan dengan penuh kesadaran bahwa Allah memerintahkan kepada hambaNya agar senantiasa menasehati kepada siapa saja termasuk terhadap anak-anak kita.

Dan kita juga harus menyadari bahwa bagaimana kita bisa mengharapkan anak menjadi yakin terhadap Islam, menjadi sholeh  jika kita tidak pernah sekalipun menasehatinya, bagaimana kita bisa merubah keadaan anak kita jika kita tidak berupaya menasehati untuk merubah..

Didalam Al-Qur’an banyak diceritakan kisah teladan orang tua menasehati anaknya seperti kisah Nabi Ibrahim as kepada anaknya dalam surat Al-Baqoroh 132, Nabi Ya’kub as sebelum meninggal menasehati anak-anaknya dalam surat Al-Baqoroh 133. Begitu juga Luqman menasehati anaknya dalam surat Luqman : 13, 16, 17  yakni :

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS: Luqman : 13)

(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus,  lagi Maha mengetahui." (QS : Luqman : 14)

"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (QS :Luqman 17)

Dan kisah-kisah ini dalam perjalanan sejarah Islam terus dicontoh oleh ummat islam. Mereka memahami  Islam adalah agama yang sempurna dan pernah diterapkan secara kaffah (menyeluruh) pada masa Rasululullah s.a.w. kemudian  dilanjuti oleh sahabat beliau  yang terkenal dengan Khulafaur Rosyidin dan generasi Islam setelahnya yang selalu dipimpin oleh Khalifah (pemimpin ummat Islam diseluruh dunia) hingga 13 abad lamanya.

Muhammad Al-Fatih adalah seorang penguasa sekaligus panglima perang Islam yang telah membebaskan konstantinopel dari penyembahan berhala menuju penyembahan kepada Allah, daerah tersebut, kita kenal dengan negara Turki. Keyakinan Muhammad Al-Fatih terhadap sabda Rasulullah  mendorongnya berjuang untuk merealisasikannya, berkat pertolongan Allah swt, beliau berhasil membebaskan Turki, bukan itu saja beliau juga terkenal menasehati anaknya  Bayazid  dengan nasehat:

"Wahai anakku  sesungguhnya  penyebaran Islam di muka bumi  adalah kewajiban para penguasa  maka sebarkan agama Allah dimanapun kamu sanggupi, wahai anakku  tinggikan kalimat Agama diatas perkataan, berhati-hatilah kamu terhadap perkara yang melalaikan urusan agama,  dan jauhkan dirimu dari orang-orang  yang tidak memperhatikan agama, dan berhati-hatilah terhadap bid’ah yang mungkar.

Wahai anakku  dekatkan dirimu kepada Ulama, tinggikan kedudukan mereka, maka sesungguhnya mereka adalah sebaik-baiknya ummat  disaat terjadi musibah (kemungkaran dan kesesatan menyebar)."

Mulai saat ini kita renungkan kembali sudahkah kita menasehati anak-anak kita dengan Islam dan mendoakannya? Kalau belum segeralah menasehatinya dengan tulus dan ikhlash dengan mengharapkan ridho Allah, Insya Allah anak-anak kita akan menjadi anak yang sholeh –sholehah dan mampu memimpin ummat manusia dengan Islam.

Share on Google Plus

About athffaluna

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar